"KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH DHUHA"

“ KEUTAMAAN SHALAT SUNNAT DHUHA “
Oleh : H. Sunaryo A.Y.

Shalat Dhuha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu Matahari
sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta atau
sekitar setinggi satu tombak yaitu antara pukul 07.00 pagi sampai masuk
waktu Dzuhur, ( sekitar pukul 11.00 siang ).
Adapun dalil Shalat Sunnat Dhuha adalah sabda Rosulullah SAW

dalam beberapa Hadist dari Sahabat Abu Huraira ra antara lain sebagai
berikut :
• Bersabda Rosulullah SAW :
“ Siapa saja yang dapat mengerjakan Shalat Dhuha dengan langgeng, akan di
ampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan. “
( HR Tirmidzi )
• Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya di Surga itu ada pintu yang disebut pintu Dhuha, maka
tatkala di hari Kiamat nanti ada panggilan khatib : “ Siapakah orang yang
suka membiasakan shalat Dhuha ? Inilah pintu kamu sekalian, masuklah kamu
sekalian dengan penuh Rahmat Allah SWT. “ ( HR Thabrani )
• Abu Hurairah ra pernah berkata :
“ Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga
) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat
Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim
)
• Dari Mu’im bin Hammar, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“ Tuhanmu yang Maha Tinggi telah berseru : “ Hai anak Adam ! Shalatlah
empat rakaat bagi Aku dari awal siang. Maka Aku akan cukupkan engkau di
akhir siang itu”. ( HR Ahmad dan Abu Daud )
• Dari Aisyah ra, ia berkata : “ Adalah Rosulullah SAW biasa Shalat
Dhuha 4 ( empat ) rakaat dan ia menambah ( sebanyak mungkin ) menurut apa
yang dikehendaki Allah SWT.” (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah )
• Dari Ummu Hani diceritakan, sesungguhnya ia pernah datang kepada
Nabi SAW pada tahun di taklukkannya kota Mekkah. Waktu itu, Nabi SAW
berada di bagian atas kota Mekkah. Lalu Rosulullah SAW berdiri menuju ke
tempat mandinya. Fatimah lantas mendinginkannya. Kemudian ia mengambil
pakaiannya dan berselimut dengan pakaian itu. Selanjutnya, ia Shalat 8 (
delapan ) rakaat, yaitu Shalat Dhuha. ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun keutamaan ( fadhilah ) Shalat Sunnat Dhuha perhatikan
Hadist-Hadist Rosulullah SAW seperti berikut :
• Nabi Muhammad SAW bersabda :

“ Pada tiap pagi dianjurkan atas diri seseorang dari kamu untuk
bersedekah. Maka tiap-tiap tasbih itu sedekah dan tiap-tiap tahmid ( puji
) itu sedekah. Pada tiap-tiap tahlil pun sedekah dan tiap-tiap menyuruh
kepada kebaikan itu juga sedekah. Begitu pula mencegah kemungkaran itu
sedekah. Namun diantara semua itu cukuplah sebagai penggantinya ialah
mengerjakan dua rakaat Dhuha. “ ( HR Muslim dan Abu Dzar )
• Dari Abdullah bin Buraidah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia
pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda :
“ Dalam diri manusia itu ada 360 ( Tiga Ratus Enam Puluh ) ruas yang
setiap darinya diharuskan bersedekah. Para Sahabat bertanya : Kalau
begitu, siapa yang mampu berbuat demikian ya Rosulullah ? Rosulullah SAW
menjawab : “ Mengeluarkan dahak di Masjid lalu ditanamnya atau
menyingkirkan sesuatu gangguan dari jalan, itu juga sedekah. Tetapi kalau
engkau tidak bisa, kerjakanlah dua rakaat Dhuha. Karena itu mencukupi
dari semua itu “ ( HR Ahmad dan Abu Daud )
Saudaraku, sesama Muslim.
Begitu banyak fadhilah, keutamaan Shalat Sunnat Dhuha, seyogyanya sebagai
muslim yang baik tergerak hati kita untuk mengerjakan ( mengamalkan )
Shalat Sunnat Dhuha. Betapa tidak, kapan lagi kita akan mendapatkan
kesempatan untuk meraih, menggapai pahala untuk bekal akhirat kita ?
Hayo, saudaraku, jangan ragu dan bimbang lagi, mari dengan ikhlas kita
mengerjakan Shalat Sunnat Dhuha.

• Cara mengerjakan Shalat Dhuha.
1. Niat Shalat Dhuha :

2. Surat yang dibaca setelah Al-Fatihah :
a. Pada rakaat pertama surat Asy-Syams.
b. Pada rakaat kedua surat Adh-Dhuha.
3. Selesai shalat, membaca do’a sebagai berikut :

“ Ya Allah, ya Tuhanku, bahwa kami waktu Dhuha itu milik Engkau dan
kebajikan ( kemewahan ) itu milik Engkau, dan keindahan itu milik Engkau
dan kekuatan itu milik Engkau dan kekuasaan itu milik Engkau dan
pemeliharaan itu milik Engkau. Ya Allah, Tuhanku, jika keadaan rezekiku
di langit, maka turunkanlah dan jika adanya didalam bumi maka
keluarkanlah dan jika adanya didalam air atau dilaut maka keluarkanlah ia
dan jika ia lambat, percepatlah dan jika ia sulit, gampangkanlah dan jika
ia haram, sucikanlah dan jika jauh, dekatkanlah ia dan jika sedikit,
perbanyaklah ia padaku dan jika banyak, berkahilah ia bagiku dan
sampaikanlah dimana saja aku berada. Janganlah Engkau pindahkan aku ke
tempat itu, dan jadikanlah tanganku diatasnya, untuk menjadi pemberi dan
janganlah tanganku dijadikan dibawah untuk jadi tukang minta.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan hak ( bekal )
Dhuha Engkau, kebagusan Engkau, keindahan Engkau, kekuatan Engkau,
kekuasaan Engkau dan pemeliharaan Engkau. Tiada daya dan kekuatan,
kecuali dengan pertolongan Engkau. Berilah aku apa yang Engkau engkau
kepada hamba-hamba Engkau yang soleh. Dan sampaikanlah shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW dan keluarganya beserta para Sahabatnya. Semoga mereka
mendapat keselamatan dan segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian
Alam.”
Saudaraku, kerjakanlah Shalat Sunnat Dhuha setiap pagi, paling
sedikit 2 ( dua ) rakaat atau 4 ( empat ) rakaat atau 6 ( Enam ) rakaat
dan paling banyak 8 ( delapan ) rakaat.
****
( Bahan-bahan (materi) dikutip dari Buku “FIQIH” Oleh : Drs. H. Moh
Rifai, Untuk Madrasah Aliyah. Kurikulum 1984, Edisi 1991. Penerbit
“Wicaksana “ Semarang, buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” Oleh : Abdul Manan
bin H. Muhammad Sobari dan Buku “KUMPULAN SHALAT SUNNAT” Oleh : A.
Aminudin Pandeglang Banten )
Readmore »»

“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”

“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”
Oleh : H. Sunaryo A.Y.
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan
shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakan
sholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah
kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan dengan
Allah SWT.
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi
engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum
turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan
shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan . Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan
serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk
Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu
malam”
( HR. Muslim )
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk
melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu
Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun
demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 - Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu
adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu
Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW
sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit
sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rosulullah SAW :

“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya
seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada
Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap
malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia )
ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa
yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang
meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta
ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2
( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas )
raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat
Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua )
rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :
“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya

Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama
setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan
pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron
18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh
membaca surat yang lain yang sudah dihafal.
Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu

membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada

wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun

untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya

disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga

keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan

(perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari

bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan

sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan

memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh

semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam

agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan

nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya

dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan
Readmore »»

PUASA SUNAH (ISNIN DAN KHAMIS)

Apakah dalilnya disunatkan berpuasa hari Isnin dan Khamis?

Pertama; diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. menceritakan bahawa; “Adalah Rasulullah s.a.w. amat menjaga puasa pada hari Isnin dan Khamis” (Riwayat Imam Tirmizi. Menurut beliau, hadis ini hasan soheh).

Kedua; Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Rasulullah bersabda; “Dibentangkan amalan-amalan di hadapan Allah pada hari Isnin dan Khamis. Maka aku menyukai dibentang amalanku (di hadapan Allah) pada ketika aku berpuasa” (Riwayat Imam Tirmizi).

Ketiga; Abi Qatadah menceritakan bahawa Rasulullah s.a.w. ditanya tentang puasa hari Isnin. Baginda menjawab; “Itulah hari aku dilahirkan dan hari aku diutuskan (menjadi Nabi) atau hari diturunkan wahyu kepadaku” (Hadis riwayat Imam Muslim).
Readmore »»

PUASA SUNAH (PUASA NABI DAUD)

Apa yang dimaksudkan dengan puasa Nabi Daud a.s.? Apa fadhilatnya?

Puasa Nabi Daud a.s. bermaksud; puasa sehari dan berbuka sehari dengan mengecualikan hari-hari yang diharamkan berpuasa iaitu dua hari raya dan hari-hari Tasyriq (11, 12 dan 13 Dzul-Hijjah). Kelebihannnya ialah sabda Nabi s.a.w.; “Sesungguhnya puasa yang paling disukai Allah ialah puasa Nabi Daud dan solat yang paling disukai Allah ialah solat Nabi Daud; beliau tidur separuh malam, bangun (mengerjakan solat) sepertiganya dan tidur semula sepernamnya. (Adapun puasa pula) beliau berpuasa sehari dan beliau berbuka (yakni tidak berpuasa) sehari” (Riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amru r.a.). Readmore »»

PUASA SUNAH (HARI-HARI PUTIH)

Apakah fadhilat berpuasa pada hari-hari putih? Kenapa dinamakan hari-hari putih?

Diriwayatkan juga dari Qatadah bin Milhan (ملحان) r.a. yang menceritakan; “Rasulullah s.a.w. memerintahkan kami supaya berpuasa pada hari-hari putih iaitu hari ke 13, 14 dan 15 di mana baginda bersabda; ‘Berpuasa pada ketiga-tiga hari itu seumpama berpuasa sepanjang masa” (Riwayat Imam Abu Daud).

Rasulullah s.a.w. pernah berpesan kepada Abu Zarr r.a.; “Wahai Abu Zarr! Apabila kamu berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka berpuasalah pada hari ke 13, 14 dan 15”. (Riwayat Imam at-Tirmizi. Menurut beliau; hadis ini hasan soheh)

Hari-hari tersebut dinamakan sebagai “أيام البيض” (hari-hari putih) kerana pada malam-malamnya bulan mengambang dan cerah.[1]

Nota kaki;

[1] Raudhatul-Muttaqien, jil. 3, hlm. 261.
Readmore »»

PUASA SUNAH (3 HARI SETIAP BULAN)

Apakah dalil disunatkan berpuasa tiga hari setiap bulan?

Sabda Nabi s.a.w.; “Berpuasa tiga hari pada setiap bulan seumpama berpuasa sepanjang masa” (HR Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amru r.a.). Abu Hurairah r.a. juga pernah menceritakan; “Temanku (yakni Rasulullah s.a.w.) telah mewasiatkanku dengan tiga perkara;
1. Berpuasa tiga hari pada setiap bulan.
2. Mengerjakan dua rakaat solat dhuha.
3. Menunaikan solat witir sebelum aku tidur”.
(Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

Apa hari-hari terbaik untuk berpuasa tiga hari setiap bulan tersebut?

Hari terbaik untuk berpuasa tiga hari tersebut ialah hari ke 13, 14 dan 15 pada setiap bulan. Bulan yang dimaksudkan ialah bulan Islam, bukan bulan Masihi. Hari-hari tersebut dinamakan dengan hari-hari putih dan mempunyai fadhilat khusus yang akan kita sebutkan nanti.

Namun jika tidak dapat memilih hari-hari tersebut, harus memilih hari-hari lain asalkan mencukupi tiga hari. Ini berdalilkan riwayat dari Mu’azah al-‘Adawiyyah r.a. yang menceritakan bahawa ia bertanya Saidatina ‘Aisyah r.a.; “Adakah Rasulullah berpuasa tiga hari dari setiap bulan?”. Jawab ‘Aisyah; “Ya”. Aku bertanya lagi kepadanya; “Pada hari-hari yang mana dalam sebulan itu baginda berpuasa?”. Aisyah menjawab; “Baginda tidak menghiraukan hari-hari mana dalam sebulan itu untuk ia berpuasa (yakni baginda tidak mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berpuasa)” (Riwayat Imam Muslim).

Melihat kepada amalan Sahabat dan Tabi’in; Saidina Umar bin al-Khattab, Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan ulamak-ulamak mazhab Syafi’ie memilih berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 iaitu hari-hari putih tadi. Imam an-Nakha’ie dan beberapa ulamak yang lain memilih tiga hari di akhir bulan. Sebahagian ulamak yang lain –antaranya Imam al-Hasan- memilih tiga hari di awal bulan. Saidatina Aisyah r.a. dan sekumpulan ulamak memilih untuk berpuasa pada hari Sabtu, Ahad dan Isnin pada suatu bulan dan hari Selasa, Rabu dan Khamis pada bulan berikutnya. Imam Malik pula berpuasa pada hari pertama, hari ke sepuluh dan hari ke dua puluh pada setiap bulan”. (Soheh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jil. 8, hlm. 53-54).
Readmore »»

PUASA SUNAH(HARI 'ASYURA)

Bilakah hari ‘Asyura? Apakah dalil disunatkan berpuasa pada hari ‘Asyura’?

Hari ‘Asyura ialah hari sepuluh Muharram. Abi Qatadah r.a. meriwayatkan; Nabi s.a.w. pernah ditanya tentang berpuasa pada hari ‘Asyura? Baginda menjawab; “Puasa di hari itu akan menghapuskan dosa tahun yang lalu” (Hadis riwayat Imam Muslim).

Adakah kita juga disunatkan berpuasa pada sembilan Muharram?

Ya. Hari itu dinamakan Tasu’a. Dalil disunatkan berpuasa hari itu ialah hadis dari Ibnu ‘Abbas r.a. yang menceritakan; “Tatkala Rasulullah s.a.w. berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan agar para sahabat turut berpuasa, mereka bertanya; ‘Ya Rasulullah! Bukankah ia (yakni ‘Asyura itu) merupakan hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasara? Lalu baginda bersabda; “Tahun akan datang -dengan kehendak Allah- kita berpuasa pada hari ke sembilan”. Berkata Ibnu ‘Abbas; belum sempat tiba tahun hadapan, Rasulullah s.a.w. telah diwafatkan (Riwayat Imam Muslim).

Berdasarkan hadis ini, kita disunatkan berpuasa pada kedua-dua hari iaitu hari ke 9 dan hari ke 10 Muharram kerana Nabi s.a.w. telah berpuasa pada hari ke 10 dan berniat untuk berpuasa pada hari ke 9.
Readmore »»

PUASA SUNAH (HARI 'ARAFAH)

Bilakah hari ‘Arafah? Apa dalil bagi kelebihan puasa hari ‘Arafah?

Hari ‘Arafah ialah hari sembilan Zulhijjah. Ia adalah hari terbaik sepanjang tahun kerana Nabi s.a.w. bersabda; “Tidak ada hari yang paling banyak Allah membebaskan hambanya pada hari tersebut dari neraka dari hari ‘Arafah” (Riwayat Imam Muslim).

Adapun disunatkan berpuasa pada hari tersebut, dalilnya ialah; hadis dari Abu Qatadah r.a. yang menceritakan; Nabi s.a.w. ditanya tentang puasa hari ’Arafah. Baginda bersabda; “(Puasa hari itu) dapat menghapus dosa tahun lalu dan yang akan datang” (Riwayat Imam Muslim).

Adakah sunat berpuasa pada hari ‘Arafah itu ada pengecualian?

Ya. Dikecualikan dari jamaah haji. Mereka tidak disunatkan berpuasa pada hari tersebut sebagai mencontohi Nabi s.a.w. dan juga untuk menjaga kekuatan bagi memperbanyakkan berdoa pada hari itu.

Maimunah isteri Rasulullah s.a.w. menceritakan; orang ramai ragu-ragu apakah Rasulullah s.a.w. berpuasa atau tidak pada hari ‘Arafah. Lalu ia (yakni Maimunah) menghantar kepada baginda satu bekas berisi susu tatkala baginda sedang berwukuf di Padang ‘Arafah itu. Lalu baginda meminum susu tersebut dengan dilihat oleh orang ramai kepadanya (Riwayat Imam Muslim).

Malah terdapat tegahan dari Nabi s.a.w. sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Hurairah r.a.; “Sesungguhnya Nabi s.a.w. menegah dari berpuasa pada hari ‘Arafah bagi jamaah haji yang berada di ‘Arafah” (Riwayat Imam Abu Daud, Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Readmore »»

PUASA SUNAH(HARI-HARI AWAL ZULHIJAH)

Apakah dalil bagi galakan berpuasa di awal Zulhijjah?

Hafsah r.a. menceritakan; “Empat amalan yang tidak ditinggalkan Rasulullah s.a.w. iaitu; puasa ‘Asyura, puasa al-‘asyr, puasa tiga hari pada setiap bulan dan solat dua rakaat sebelum subuh”. (Riwayat Imam Abu Daud dan an-Nasai)

Menurut ulamak hadis; maksud puasa al-‘asyr dalam hadis di atas ialah hari pertama Zulhijjah hingga hari ke sembilannya.[1] Disunatkan berpuasa pada hari-hari tersebut terutamaya pada hari ke sembilan iaitu hari ‘Arafah berdasarkan dalil yang akan kita sebutkan nanti.[2]

Selain berpuasa, kita juga digalakkan beramal dengan amalan-amalan kebaikan pada hari-hari tersebut kerana Nabi s.a..w bersabda dalam hadis yang lain; “Tidak ada hari yang paling disukai Allah untuk melakukan amal soleh melebihi hari-hari tersebut (yakni hari-hari awal Zulhijjah tersebut)” (Riwayat Imam Bukhari dari Ibnu ‘Abbas r.a.)[3]

Nota kaki;

[1] Soheh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, kitab al-I’tikaf, bab Shaumi ‘Asyri Zilhijjah.
[2] Lihat Nailul-Authar, 4/239.
[3] Nailul-Authar, 3/312.
Readmore »»

PUASA SUNAH (6 HARI SYAWAL)

Apakah dalil bagi kelebihan berpuasa di bulan syawal?

Dalilnya ialah sabda Nabi s.a.w.; “Sesiapa berpuasa bulan Ramadhan, kemudian ia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan syawal, maka ia seolah-olah berpuasa setahun” (HR Imam Muslim dari Abu Ayyub al-Ansari r.a.)

Adakah disyaratkan puasa enam hari itu dilakukan berturut-turut?

Tidak disyaratkan. Harus diselang-selikan asalkan dalam bulan Syawal dan bilangannya mencukupi enam hari. Namun yang terbaik (afdhal) ialah melakukannya berturut-turut dan lebih afdhal lagi memulainya dari dua syawal.

Jika seseorang itu mempunyai puasa Ramadhan yang perlu diqadhanya, adakah harus ia berpuasa enam sebelum mengqadha puasanya?

Harus kerana puasa qadha Ramadhan memiliki waktu yang panjang untuk dilakukan iaitu sehingga Ramadhan tahun berikutnya, adapun puasa enam hari di bulan Syawal waktunya adalah terhad. Namun jika kita dapat melakukan puasa qadha terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan puasa Syawal, itu yang terbaik kerana kita mendahulukan ibadah yang wajib ke atas yang sunat. Dan ada ulamak berpendapat; harus kita meniatkan keduanya sekali dalam satu puasa, tetapi yang terbaik kita memisahkannya kerana akan memperbanyakkan amalan kita kepada Allah.
Readmore »»

PUASA SUNAH (BULAN SYA'BAN)

Adakah disunatkan berpuasa penuh di bulan Sya’ban?

Ya. Disunatkan berpuasa keseluruhan hari di bulan Sya’ban atau kebanyakan harinya. Ini berdasarkan hadis dari Ummu Salamah r.a. yang menceritakan; “Tidak pernah Nabi s.a.w. berpuasa (sunat) sebulan penuh dalam setahun kecuali di bulan Sya’ban di mana baginda menyambungnya dengan Ramadhan” (HR Imam Abu Daud dan an-Nasai).
‘Aisyah pula menceritakan; “Rasulullah s.a.w. kadang-kadang terus-menerus berpuasa hingga kami menganggap beliau tidak berbuka langsung, dan kadang-kadang beliau terus-menerus berbuka hingga kami menganggap beliau tidak berpuasa langsung. Namun demikian, aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau paling banyak berpuasa sebagaimana beliau berpuasa di bulan Sya’ban”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim).

Menurut ulamak; difahami dari hadis-hadis di atas bahawa Nabi s.a.w. adakalanya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya’ban dan adakalanya baginda tidak berpuasa sebulan penuh tetapi pada kebanyakan harinya sahaja.[1]

Apa hikmahnya Rasulullah s.a.w banyak berpuasa di bulan Sya’ban?

Seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid r.a. pernah bertanya Nabi s.a.w. kenapa beliau banyak berpuasa di bulan Sya’ban? Nabi s.a.w. menjawab; “Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang selalu dilupai oleh manusia di mana kedudukannya di tengah antara Rejab dan Ramadhan. Namun ia adalah bulan diangkat amalan-amalan hamba kepada Tuhan Pencipta Alam. Maka aku menyukai amalanku diangkat ketika aku berpuasa” (Riwayat Imam an-Nasai. Hadis menurut Syeikh al-Albani adalah hasan)

Apakah kelebihan malam nisfu Sya’ban?

Sabda Nabi s.a.w.; “Pada malam nisfu Sya’ban Allah melihat kepada sekelian makhlukNya. Lalu Dia mengampunkan ke semua mereka kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuh dengan saudara seagama” (HR Imam at-Thabrani dan Ibnu Hibban dari Mu’az bin Jabal r.a)

Nota kaki;

[1] Fiqh al-‘Ibadat, Hasan Ayyub, hlm. 431.
Readmore »»

PUASA SUNAH HARI-HARI SUNAT PUASA)

Apakah hari-hari yang disunatkan kita berpuasa?

1. Enam hari di bulan Syawal
2. Hari-hari awal Zulhijjah (hari pertama hingga sembilan)
3. Hari ‘Arafah.
4. Hari ‘Asyura
5. Tiga hari setiap bulan Islam
6. Hari-hari putih
7. Isnin dan Khamis
8. Puasa Nabi Daud a.s. Readmore »»

PUASA SUNAH (BULAN REJAB)

Apakah ada kelebihan khusus bagi puasa di bulan Rejab?

Tidak ada kelebihan khusus bagi puasa bulan Rejab selain dari kedudukannya sebagai salah satu dari bulan-bulan Haram yang dinyatakan tadi.

Said bin Jubair r.a. (seorang Tabi’iin) pernah ditanya berkenaan puasa Rejab. Beliau menjawab; Aku telah mendengar Ibnu ‘Abbas r.a. berkata; “Adalah Rasulullah s.a.w. kadang-kadang terus-menerus berpuasa hingga kami menganggap beliau tidak berbuka langsung, dan kadang-kadang beliau terus-menerus berbuka hingga kami menganggap beliau tidak berpuasa langsung” (Riwayat Imam Muslim).

Dengan berdalil hadis dari Ibnu ‘Abbas tersebut, Imam Said bin Jubair ingin menjelaskan kepada kita bahawa hukum berpuasa di bulan Rejab sama seperti berpuasa di bulan-bulan yang lain iaitu tidak ada tegahan dan tidak ada galakan secara khusus. Cuma berpuasa pada asasnya memang digalakkan pada setiap bulan dan lagipun terdapat pula hadis mensunatkan kita berpuasa di bulan-bulan Haram di mana bulan Rejab tergolong di dalamnya.[1]

Nota kaki;

[1] Soheh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jil. 8, hlm. 41.
Readmore »»

PUASA SUNAH (BULAN MUHARRAM)

Apakah dalilnya bahawa bulan Muharram bulan terbaik untuk puasa sunat?

Iaitulah sabda Nabi s.a.w.; “Puasa yang paling baik selepas Ramadhan ialah puasa pada bulan Muharram. Solat yang paling baik selepas yang fardhu ialah solat malam” (Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.). Oleh demikian, kita digalakkan banyak berpuasa di bulan Muharram.[1]

Apa hikmah kelebihan puasa di bulan Muharram itu?

Sebahagian ulamak berkata; kelebihan bulan Muharram itu adalah kerana di dalamnya ada hari ‘Asyura. Namun menurut Imam al-Qurthubi; ‘Kelebihan bulan Muharram adalah kerana ia merupakan awal tahun. Apabila seseorang menyambut awal tahunnya dengan berpuasa, adalah diharapkan Allah akan mencukupkannya pada bulan-bulan selebihnya. Puasa adalah antara amalan hamba yang terbaik (kepada Allah) dan pernah disebut oleh Nabi s.a.w. sebagai dhiya’ (ضياء) yang bermaksud cahaya’.[2]

Nota kaki;
[1] Al-Wajiz, Syeikh Mustafa al-‘Adawi, hlm. 206.
[2] Raudhatul-Muttaqien Syarh Riyadhus-Salihien, jil. 3, hlm. 182.
Readmore »»

PUASA SETIAP BULAN

Adakah kita disunatkan berpuasa setiap bulan?

Ya. Kita disunatkan berpuasa setiap bulan. Seboleh-bolehnya jangan berlalu bulan tanpa kita berpuasa, sama ada dengan puasa tiga hari setiap bulan, puasa isnin dan khamis atau puasa-puasa lain yang disunatkan.

Menurut ulamak, puasa sunat harus dilakukan pada mana-mana hari di sepanjang tahun kecuali di bulan Ramadhan, hari raya dan hari-hari Taysriq.[1] Namun demikian, digalakkan kita memilih hari-hari khusus yang disunatkan oleh Rasulullah s.a.w. kita berpuasa yang akan kita terangkan nanti.

Apakah bulan terbaik untuk berpuasa sunat?

Bulan terbaik untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan ialah bulan Muharram. Diikuti selepasnya bulan-bulan haram yang lain iaitu Dzul-Qaedah, Dzul-Hijjah dan Rejab.[2] Setelah itu bulan Sya’ban.
Readmore »»

6 PERTANYAAN IMAM GHOZALI KEPADA MURIDNYA

Enam pertanyaan diajukan oleh Imam Al-Ghazali saat berkumpul dengan murid-muridnya pada suatu hari.


Pertanyaan Kesatu.

Imam Ghazali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : “Orang tua”
Murid 2 : “Guru”
Murid 3 : “Teman”
Murid 4 : “Kaum kerabat”
Imam Ghazali : “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita
ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati
( Surah Ali-Imran :185).


Pertanyaan Kedua.

Imam Ghazali : “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid 1 : “Negeri Cina”
Murid 2 : “Bulan”
Murid 3 : “Matahari”
Murid 4 : “Bintang-bintang”
Iman Ghazali “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA
LALU. Bagaimana pun kita, apa pun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”.


Pertanyaan Ketiga.

Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid 1 : “Gunung”
Murid 2 : “Matahari”
Murid 3 : “Bumi”
Imam Ghazali : “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.”


Pertanyaan Keempat.

IMAM GHAZALI : “Apa yang paling berat di dunia?”
Murid 1 : “Baja”
Murid 2 : “Besi”
Murid 3 : “Gajah”
Imam Ghazali : “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.”


Pertanyaan Kelima.

Imam Ghazali : “Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Murid 1 : “Kapas”
Murid 2 : “Angin”
Murid 3 : “Debu”
Murid 4 : “Daun-daun”
Imam Ghazali : “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan shalat “


Pertanyaan Keenam.

Imam Ghazali : “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “
Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”
Imam Ghazali : “Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri ”


Semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua… Readmore »»
 
Home | Gallery | Tutorials | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 Senses ( Sis Blog ) |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.